PDB (Produk Domestik Bruto),
Pertumbuhan dan Perubahan
Struktur Ekonomi
KELAS : 1EB23
ANGGOTA KELOMPOK :
1. INDRI ASTUTI (23215366)
2. JUWANYAR PUTRI I. (23215642)
3. USWATUN HASANAH (26215988)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karunia-Nya serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ PDB (Produk Domestik Bruto), Pertumbuhan dan Perubahan Struktur
Ekonomi ”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian
Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.
Bekasi, April 2016
Penyusun
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam Garis Besar
Haluan Negara (GBHN), dinyatakan secara eksplisit bahwa pembangunan ekonomi
merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan
utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tingkat kesejahteraan
masyarakat dilihat dari aspek ekonominya, dapat diukur dengan pendapatan
nasional (PN) per kapita. Untuk dapat meningkatkan pn, pertumbuhan ekonomi,
diukur dengan pertumbuhan PDB, menjadi salah satu target penting yang harus
dicapai dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, tidak heran jika pada awal
pembangunan ekonomi, umumnya di banyak Negara perencanaan pembangunan ekonomi lebih
berorientasi pada pertumbuhan, bukan distribusi pendapatan. Memang untuk Negara seperti Indonesia dengan
jumlah penduduk yang sangat besar, di tambah lagi dengan kenyataan bahwa pada
awal pembangunan ( awal era Soeharto) proporsi dari jumlah penduduk yang hidup
di bawah garis kemiskinan masih sangat besar, pertumbuhan ekonomi sangat
penting sebagai prioritas pembangunan jangka pendek. Tingkat pertumbuhan
ekonomi harus lebih besar daripada laju pertumbuhan penduduk , agar peningkatan
pendapatan per kapita dapat tercapai. (Tambunan,2006b).
Selain pertumbuhan,
proses pembangunan ekonomi juga akan membawa dengan sendirinya suatu perubahan
mendasar dalam struktur ekonomi. Dari sisi permintaan agregat, perubahan atau
yang dimaksud dengan ‘pendalaman’ struktur ekonomi terjadi terutama didorong
oleh peningkatan pendapatan. Sedangkan dari sisi penawaran agregat,
faktor-faktor pendorong utama adalah perubahan/kemajuan teknologi, peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM), dan penemuan material-material baru untuk
produksi. Jadi, secara hipotesis dapat diduga adanya suatu korelasi positif
antara pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi. Paling tidak dalam periode
jangka panjang partumbuhan yang berkesinambungan membawa perubahan struktur
ekonomi lewat efek dari sisi permintaan (peningkatan pendapatan masyarakat) dan
pada gilirannya pertumbuhan tersebut menjadi faktor pemicu pertumbuhan ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dari
Produk Domestik Bruto ?
2. Jelaskan pertumbuhan dan
perubahan struktur ekonomi ?
3. Jelaskan pertumbuhan
ekonomi selama orde baru hingga sekarang !
4.
Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penentu prospek pertumbyhan
ekonomi Indonesia ?
5.
Jelaskan perubahan struktur ekonomi ?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk membekali mahasiswa agar lebih paham
dan menguasai teori terkait: PDB (Produk Domestik Bruto), Pertumbuhan dan Perubahan Struktur
Ekonomi.
1.4 Manfaat Penulisan
1.
Makalah ini bermanfaat bagi kita semua , karena didalam makalah
yang sesederhana ini terdapat materi perkuliahan kita. Jadi diharapkan kepada
teman-teman semuanya mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.
2.
Manfaat lainnya yaitu dengan hadirnya makalah ini sejumlah orang
atau teman-teman semuanya menjadi tahu tentang sejarah ekonomi Indonesia.
3.
Makalah ini juga bermanfaat sebagai bahan bacaan untuk teman-teman
semuanya.
PEMBAHASAN
2.1 Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto
disingkat (PDB) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun,
sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu
sebagai dasar. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat
pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
2.2 Pertumbuhan dan Perubahan Struktur
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi
kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Karena jumlah
penduduk bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan konsumsi
sehari-hari juga bertambah setiap tahunnya, maka dibutuhkan penambahan
pendapatan setiap tahun.
2.3 Pertumbuhan Ekonomi selama orde baru
hingga sekarang
Sejak kemerdekaan pada
tahun 1945, masa orde lama, masa orde baru sampai masa sekarang (masa
reformasi) Indonesia telah memperoleh banyak pengalaman politik dan ekonomi.
Peralihan dari orde lama dan orde baru telah memberikan iklim politik yang
dinamis walaupun akhirnya mengarah ke otoriter namun pada kehidupan ekonomi
mengalami perubahan yang lebih baik
Melihat kondisi
pertumbuhan Indonesia selama pemerintahan Orde Baru (sebelum krisis ekonomi
1997) dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses pembangunan
ekonomi yang spektakuler, paling tidak pada tingkat makro. Pada tahun 1968 PN
per kapita masih sangat rendah, hanya sekitar US$60 Laju pertumbuhan 7%-8%
selama 1970-an dan turun ke 3%-4% pada taun 1980-an, hal ini disebabkan oleh
faktor eksternal seperti merosotnya harga minyak mentah di pasar internasional
menjelang pertengahan 1980-an dan resesi ekonomi dunia pada dekade yang sama.
Sejak zaman Orde Baru Indonesia menganut sistem ekonomi terbuka, maka goncangan
eksternal terasa dampaknya terhadap pertumbuhan Indonesia. Perekonomian
nasional pada saat itu tergantung pada pamasukan dolar AS dari hasil ekspor
komoditi primer yaitu minyak dan pertanian. Tahun 1968 PN Per Kapita US$56,7; 1973
US$126,3; 1978 US$260,3; 1983 US$494,0; 1988 US$467,5; 1993 US$833,1; 1997
US$1088,0; 1998 US$640,0 dan 1999 US$580,0.
Pada saat krisis ekonomi
mencapai klimaksnya, yakni tahun 1998, laju pertumbuhan PDB jatuh drastis
hingga 13,1%. Namun pada tahun 1999 kembali positif, walaupun sangat kecil
yaitu 0,8%, dan tahun 2000 naik hingga 5%. Yang disebabkan pada masa Gusdur,
pemerintah, masyarakat, khusunya pelaku bisnis sempat optimis mengenai prospek
pertumbuhan Indonesia. Akan tetapi tahun 2001 pertumbuhan ekonomi kembali
merosot hingga 3,3% akbat gejolak politik yang sempat memanas kembali, dan
tahun 2002 pertumbuhan mengalami sedikit perbaikan menjadi 3,66%. Pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dinilai sukses menyeimbangkan pertumbuhan
ekonomi dengan agenda demokratisasi. Situasi ini berbeda dengan era Orde Baru
di mana ekonomi tumbuh namun demokrasi terabaikan. Biaya yang mahal seperti
pelanggaran hak asasi manusia di berbagai tempat, korupsi merajalela, kebocoran
anggaran, dan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. Untuk contoh terbaru,
menurut Bara, adalah Rusia selama era pemerintahan Vladimir Putin.
Menurutnya, Rusia hanya
mengejar pertumbuhan ekonomi semata namun di sisi lain, peran oposisi terbatasi
dan pembunuhan-pembunuhan misterius sering terjadi. Karena itu, menurut Bara,
untuk saat ini figur pasangan SBY-Boediono masih menjadi kandidat yang paling
pas. ”Platform mereka jelas, yang menekankan pentingnya aspek keadilan dalam
pertumbuhan ekonomi, ”Pengamat sosiologi politik dari Universitas Gadjah Mada,
Arie Sudjito menilai selama satu dekade reformasi, capaian-capaian demokrasi
dan demokratisasi telah menjadi fakta historik. Pada aras negara, banyak
terobosan yang berarti yang diinisiasi oleh pemerintah dan parlemen untuk
meletakkan dasar bagi capaian perubahan sebagaimana mandat reformasi. ”Kemajuan
di bidang hak-hak sipil dan politik menunjukkan magnitudo yang luar biasa, jauh
dibandingkan era-era sebelumnya. Jaminan itu berwujud dalam regulasi atau
kebijakan yang bertujuan untuk memastikan bahwa negara bertanggung jawab untuk
memenuhi kewajibannya sesuai mandat konstitusi kita,”ujarnya.
Dalam hal hubungan
sipil-militer, menurut Arie, mengalami pasang surut di masa pemerintahan
Abdurrahman Wahid. Kemudian di era Megawati, justru mengalami penurunan. ”Nah,
di masa pemerintahan SBY, pemerintah mampu mengurangi keterlibatan negara di
bidang politik.” Arie menambahkan, agenda reformasi birokrasi juga berjalan
dengan baik. Ide-ide pemberantasan korupsi untuk memperkuat good governance,
perlu dilanjutkan. Dengan demikian, dukungan masyarakat akan semakin besar.
Selain itu, upaya pengentasan kemiskinan meningkat di daerah-daerah. ”Ada
rasionalisasi APBD. Anggaran untuk birokrasi menurun, sementara budget untuk
kepentingan masyarakat meningkat,” ujar Arie. Dalam hal penguatan hubungan
pusat-daerah, Arie menilai bahwa terjadi peningkatan kualitas dalam beberapa
tahun belakangan. ”Contohnya, di Aceh tercipta perdamaian. Situasi di Papua
membaik, walaupun perlu terus didorong upaya-upaya yang lebih positif,”
jelasnya.
2.4 Faktor - Faktor Penentu Prospek
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Secara garis besar, terdapat sedikitnya 2
(dua) faktor yang menentukan prospek pertumbuhan ekonomi
di Indonesia.
Adapun kedua faktor tersebut adalah faktor
internal dan eksternal.
1.
Faktor
Internal
Krisis
ekonomi pada tahun 1998 yang disebabkan oleh buruknya fundamental ekonomi
nasional, serta lambatnya proses pemulihan ekonomi nasional pasca peristiwa
tersebut menyebabkan banyak investor asing yang enggan (bahkan hingga sampai
saat ini) menanamkan modalnya di Indonesia. Kemudian proses pemulihan serta
perbaikan ekonomi nasional juga tidak disertai kestabilan politik dan keamanan
yang memadai, penyelesaian konflik sosial , serta tidak adanya kepastian hukum.
Padahal faktor-faktor non ekonomi inilah yang merupakan aspek penting dalam
menentukan tingkat resiko yang terdapat di dalam suatu Negara untuk menjadi
dasar keputusan bagi para pelaku usaha atau investor terutama asing, untuk
melakukan usaha atau menginvestasikan modalnya di Negara tersebut.
2.
Faktor
Eksternal
Kondisi
perdagangan dan perekonomian regional serta dunia merupakan faktor eksternal
yang sangat penting untuk mendukung proses pemulihan ekonomi di Indonesia.
Mengapa kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia
tersebut dinilai penting? Sebab, apabila kondisi perdagangan dan perekonomian Negara-negara tersebut terutama mitra Indonesia sedang melemah, maka akan berdampak pula pada proses pemulihan yang akan semakin mengulur waktu dan
akibatnya dapat menghambat kemajuan perekonomian di Indonesia.
tersebut dinilai penting? Sebab, apabila kondisi perdagangan dan perekonomian Negara-negara tersebut terutama mitra Indonesia sedang melemah, maka akan berdampak pula pada proses pemulihan yang akan semakin mengulur waktu dan
akibatnya dapat menghambat kemajuan perekonomian di Indonesia.
Selain
itu, terdapat juga beberapa faktor yang dianggap penting dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu:
a.
Faktor
Sumber Daya Manusia
Sama
halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan,
cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya
manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk
melaksanakan proses pembangunan.
b.
Faktor
Sumber Daya Alam
Sebagian
besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan
proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin
keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun
sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber
daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang,
kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
c.
Faktor
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan
proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan
manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi,
kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan
dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
d.
Faktor
Budaya
Faktor
budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang
dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses
pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat
mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur,
ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan
diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
e.
Sumber
Daya Modal
Sumber
daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas
IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi
perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga
dapat meningkatkan produktivitas.
f.
Kewirausahaan
(Entrepreneurship)
Para
pengusaha memiliki perkiraan yang matang bahwa input yang dikombinasikan akan
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat atau menjadi bararang
yang akan dibutuhkan masyarakat. Kemampuan mengombinasikan input dapat disebut
sebagai kemampuan inovasi. Sejarah mencatat bahwa kemampuatun inovasi tidak
selalu dikaitkan dengan teknologi tinggi. Contohnya, produk coca cola, salah
satu minuman ringan terlaris di dunia dihasilkan oleh wirausaha Amerika
Serikat.
2.5 Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan
ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB akan membawa suatu perubahan
mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian
sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor
nonprimer, khususnya industri manufaktur dengan increasing returns to scale (relasi
positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis
sebagai motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi (Weiss, 1988).
Ada
kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang akan membuat
semakin tinggi pendapatan masyarakat per-kapita, semakin cepat perubahan
struktur ekonomi, dengan asumsi faktor-faktor penentu lain mendukung proses
tersebut, seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku, dan teknologi tersedia.
Teori
perubahan struktual menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi
ekonomi yang dialami oleh NSB, yang semula lebih bersifat subsistens dan
menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang
lebih modern, yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer. Ada dua teori utama
yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi, yakni dari
Arthur Lewis (teori migrasi) dan Hollis Chenery (teori transformasi struktual).
Teori
Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang
terjadi di perdesaan dan di perkotaan. Dalam teorinya, mengasumsikan bahwa
perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi 2, yaitu perekonomian
tradisional di perdesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian
modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.
Kerangka
pemikiran teori Chenery pada dasarnya sama seperti di model Lewis. Teori
Chenery, dikenal dengan teori pattern of development, memfokuskan pada
perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di NSB, yang
mengalami transformasi dari pertanian tradisional (subsistens) ke sektor
industri sebagai mesin penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Kenaikan
produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah dari
4 faktor berikut :
a.
Kenaikan permintaan domestik, yang memuat
permintaan langsung untuk produk industri manufaktur plus efek tidak langsung
dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap
sektor industri manufaktur.
b.
Perluasan ekspor (pertumbuhan dan
diversivikasi) atau efek total dari kenaikan jumlah ekspor tehadap produk
industri manufaktur.
c.
Subsitusi impor atau efek total dari
kenaikan proporsi permintaan disetiap sektor yang dipenuhi lewat produksi
domestik terhadap output industri manufaktur.
d.
Perubahan teknologi atau efek total
dari perubahan koefisien input-output didalam perekonomian akibat kenaikan upah
dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.
Didalam
kelompok negara-negara sedang berkembang (NSB), banyak negara yang juga
mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat dalam tiga dekade terakhir ini,
walaupun pola dan prosesnya berbeda antarnegara. Variasi ini disebabkan oleh
perbedaan antarnegara dalam sejumlah faktor internal seperti berikut :
a)
Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi)
Suatu
negara yang pada awal pembangunan ekonomi/industrialisasinya sudah memiliki
industri-industri dasar yang relatif kuat akan mengalami proses industrialisasi
yang lebih cepat/pesat dibandingkan dengan negara yang hanya memiliki
industri-industri ringan.
b)
Besarnya pasar dalam negeri
Besarnya
pasar domestik ditentukan oleh kombinasi antara jumlah populasi dan tingkatan
pendapatan rill per-kapita. Pasar dalam negeri yang besar merupakan salah satu
faktor intensif bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena
menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi (dengan
asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya mendukung).
c)
Pola distribusi pendapatan
Faktor
ini sangat mendukung faktor pasar diatas. Walaupun tingkat pendapatan rata-rata
per-kapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya pincang maka kenaikan
pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan industri-industri
selain industri-industri yang membuat barang-barang sederhana, seperti makanan,
minuman, sepatu, dan pakaian jadi (tekstil).
d)
Karakteristik dan industrialisasi
Misalnya,
cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang diterapkan, jenis
industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan insentif yang
diberikan. Aspek-aspek ini biasanya berbeda antarnegara yang menghasilkan pola
industrialisasi yang juga berbeda antarnegara.
e)
Keberadaan SDA
Ada
kecenderungan bahwa negara yang kaya akan SDA mengalami pertumbuhan ekonomi
yang lebih rendah atau terlambat melakukan industrialisasi atau tidak berhasil
melakukan diversivikasi ekonomi (perubahan struktur) daripada negara yang
miskin SDA.
f)
Kebijakan perdagangan luar negeri
Fakta
menunjukan bahwa di negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (inward
looking), pola dan hasil industrialisasinya berbeda dibandingkan dengan
negara yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka (outward looking).
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi
kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Karena jumlah
penduduk bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan konsumsi
sehari-hari juga bertambah setiap tahunnya, maka dibutuhkan penambahan
pendapatan setiap tahun.
Secara garis besar, terdapat sedikitnya 2
(dua) faktor yang menentukan prospek pertumbuhan ekonomi
di Indonesia, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Pembangunan
ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB akan membawa suatu perubahan
mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian
sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor
nonprimer, khususnya industri manufaktur dengan increasing returns to scale (relasi
positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis
sebagai motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi (Weiss, 1988).
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia
Penerbit Ghalia Indonesia (April 2009)
KEIN:
SMEs Spine Indonesian Economy
PADANG - Management Committee of the
National Economic and Industry (KEIN) revealed Micro, Small and Medium
Enterprises (SMEs) are the backbone of the national economy because of its
contribution to the Gross Regional Domestic Product (GDP) reached 57 percent.
"Of the 125 million workers who exist
today 118 million people of which came from the SME sector," said Chairman
of the Working Group on Cooperatives and SMEs KEIN, Sudhamek in Padang on
Tuesday.
He made the statement when appearing as a
speaker in the discussion on the development of SMEs attended West Sumatra Governor
Irwan Prayitno and other business practitioners.
Therefore, according to him the development
of SMEs in the country is a necessity particularly President Jokowi had no
interest in developing it as a promising opportunity.
He saw some things that need to be done for
the development of SMEs is to increase the entrepreneurial skills and to
strengthen partnerships with large companies.
"There is a false perception that SMEs
should be pitied, whereas large companies need SMEs as partners, otherwise SMEs
need large companies in order to grow," he continued.
On the other hand he sees SMEs need to sort
the container together in the form of cooperatives in order to capture business
opportunities.
He added that SMEs if developed properly can
move a class of small to medium-sized businesses, could even be a big effort.
While West Sumatra Governor Irwan Prayitno
said 84 percent of businesses in this area is the scale of SMEs.
"That is why we continue to encourage
economic development based on agriculture and SMEs," he said.
Sumber
:
Analysis
From the above article, it can be
made an analysis that SMEs in Indonesia is very important for the welfare of
the Indonesian people, which can be seen from the economic crisis that has
occurred in the country of Indonesia in the past SMEs can face a crisis with
formidable. SMEs in Indonesia should be supported by the government because by
establishing SMEs will occur employment so as to reduce the unemployment rate
in Indonesia. Besides the products produced SMEs do not lose quality with
products of large enterprises, because the products of these SMEs have started
to be exported to other countries meminatinya. So with that SMEs can add to the
deficit for the state of Indonesia.
In SMEs also needed human resource
quality due to the continuity of SMEs to be able to run well and established
business partners who sliang mengguntungkan, because many large companies are
using the products of SMEs to be marketed so as to obtain benefit for large
employers and entrepreneurs the small. The products of the SMEs of various
kinds, making snacks, making batik, making embroidery, making dolls, there is
also the use of raw materials or waste bins for recycling and then make
handicraft products, and so forth. Usually the products made by SMEs with
high kretivitas and innovations, because it certainly has its own advantages of
the product.vvv